Pertemuan
pertama dengan dirinya, tantangan dihari keempat ini menurut saya mengingatkan
kita kepada hal yang membuat hati kita dak dik duk der dikala itu. Setiap pertemuan
pasti ada perpisahan, begitulah kehidupan tidak ada yang bisa menyangkalnya. Tapi
berbicara mengenai pertemuan pertama dengan seseorang yang kita sukai adalah
seperti sebuah sejarah yang tersimpan didalam memori dan kalau bisa diceritakan
kepada anak dan cucu kelak.
Kala
itu, saat kulalui jalan
Derap
langkah, terburu terpacu hujan
Mata
ini tak akan lupa, pandaran sinar matanya
Tetes
kecil jatuh deras dari tebing mata
Hening
sunyi, dasar sedih yang tiada bertepi
Riak
yang tak tahu arah, ujung tenang selalu dinanti
Aku
hilang dalam lautan tatapanmu yang tak lagi ku kenal
Kau
mengalunkan semua senyuman
Tapi
aku tak merasa tenang
Tapi
aku tak merasa tentram
Tapi
aku tak merasa nyaman
Seperti
kala itu...
(Owndris
– Kala Itu)
Lirik
lagu diatas sama persis seperti apa yang saya alami saat ini, kala itu sungguh
sangat berarti dan beruntungnya bisa bertemu dengan sosok wanita sepertinya. Sebelumnya
juga sudah saya tulis di tantangan sebelumnya kalau saya sempat masuk menjadi
tim sepeda balap di kota saya, dari bersepeda inilah saya bertemu dirinya
pertama kali.
Sore
itu seperti biasa sehabis sholat ashar saya harus bergegas mengganti pakaian
untuk latihan sepeda dan mengisi botol air minum, tidak lupa headset terpasang
ditelinga serta helm sepeda dan kacamata sebagai pelindung kepala dan mata saat
berkendara. Cuaca diluar sangat terik sekali dengan pancaran sinar mentari
jingga yang hampir menuju ufuk barat, rute pertama saya adalah tanjakan bukit
yang cukup tinggi dengan kemiringan sekitar 50-60 derajat dan panjang berkisar
300-an meter cukup lelah diawal tapi bisa langsung meningkatkan semangat untuk
mengayuh pedal sepeda di rute berikutnya yang datar.
Saat
melewati akhir lintasan kota yang berbentuk budaran, terdapat sebuah lapangan
tenis yang persis berada di pinggir jalan utama yang selalu saya lalui untuk
latihan. Pemandangan yang berbeda saat itu terlihat cukup ramai didalam
lapangan tersebut, terdapat beberapa anak kecil sedang berlatih memukul dengan
diawasi seorang pelatih didepan nya. Diputaran pertama saya belum melihat ada
yang terlalu menarik perhatian, namun saat putaran kedua muncul seorang wanita
yang ikut bergabung untuk berlatih bersama-sama anak-anak yang sudah dulu
memukul-mukul bola tenis.
Tubuhnya
tidak terlalu tinggi, cukup berisi, rambutnya yang panjang diikat kebelakang
dengan poni pendek didepan mengalihkan pandangan saya saat itu untuk melirik
lebih lama, namun saat tatapan saat terasa ketahuan saya langsung meluruskan
pandangan kejalan. Begitu seterusnya hingga waktu senja tiba dengan suara adzan
maghrib mengharuskan saya segera kembali kerumah.
Itulah
pertemuan saya dengan dirinya yang setengah kisahnya sudah saya tuliskan di
tema tantangan hari sebelumnya, sekarang saya akan sedikit bercerita fakta
diakhir kisah ini dengan detail sebagai ending
dari tulisan ini. Sebenarnya sekalipun saya belum pernah untuk berbicara
secara langsung dengan nya dan untuk pertama kalinya saya bertatap langsung dan
berbicara dengan ketika masa pertengahan kuliah saya dan dia sebagai junior
saya.
Mungkin sangat memilukan sekali, bertemu
pertama kali di lapangan tenis dan perpisahan terakhir pun di lapangan tenis. Saat
saya ingin ikut latihan tenis bersamanya walaupun sebenarnya saya juga ada
latihan basket saat itu tapi pilihan pergi ke lapangan tenis itu lah pilihan
saya, seandainya hal ini tak pernah terjadi mungkin saya tak akan pernah
ngobrol secara langsung dengannya.
Beberapa
waktu setelah itu saya pun tahu bahwa ia sudah memiliki kekasih yang ternyata
satu gang dengan rumah saya, sejak saat itu saya ikhlas melepasnya dan tak
ingin mengingat bahwa hati ini pernah ingin memilikinya. Bukan akhir yang
diinginkan, tapi tuhan adalah sang sutradara yang adil entah dengan siapa kelak
dipertemukan sebagai pendamping hidup yang sebenarnya dan yang pasti saya
selalu bersyukur atas semua ini. My life is abstrack art (Ar_T 21/01/17)